yang datang setelah kesepian, dan kau terlambat memberi pelukan
sebagai udara yang akrab dan karib, kematian mengenal baik tiap-tiap sel tubuh dan organ yang sementara
dikecupnya mesra jantung sepimu dan berkata, "kau hanya debu yang akan terbang tertiup waktu"
dibelainya sepasang paru-paru lukamu dan berkata, "kalian hanya tetes-tetes embun yang sebentar lagi menguap oleh matahari"
kematian yang sunyi dan dingin akhirnya mengunjungi semua tubuh, memberi jeda dari hangat yang memeluk
sebagai ibu,
ia akan memanggilmu pulang ketika hidangan telah siap, atau ketika hari terlalu malam untuk bermain di halaman.
dan ketika itu tubuhmu lelah, meninggalkan dunia yang penuh praduga dan curiga
Komentar
Posting Komentar