puisiku
puisiku mengandung puisi bapak
yang belum sempat kubukukan
Karena Arunika. Aku menulis setiap pagi. Entah itu pagi waktu Jakarta, atau pagi waktu Kairo, atau pagi waktu teh melatimu habis dan kau menginginkan satu gelas lagi tapi tidak ada yang bisa kau lakukan kecuali mengingat sisa aroma dan rasanya lagi, lagi dan lagi. Dan, aku tahu kau akan kembali lagi.
Komentar
Posting Komentar